Fandi Ahmad (12160018), Penerapan
Metode Technology Readiness Index Untuk Mengukur Tingkat Kesiapan Anak
Sekolah Dasar Melakukan Pembelajaran Berbasis Online Pada SD Muhammadiyah 09
Plus
Teknologi
terus berkembang setiap saat, kita harus terus memperbarui pengetahuan kita
dalam bidang teknologi kalau tidak ingin ketinggalan, begitu juga dalam bidang
pendidikan harus terus mengembangkan metode pembelajaran supaya tercipta
pembelajaran yang nyaman sekaligus tidak ketinggalan dengan perkembangan zaman
dan teknologi, salah satunya adalah pembelajaran berbasis online (e-learning)
yang sudah tidak asing lagi pada zaman sekarang, SD Muhammadiyah 09 Plus yang
terletak di Duren Sawit Jakarta Timur salah satu sekolah yang menerapkan e-learning
sebagi salah satu sistem penunjang pembelajaranya, dalam penerapanya perlu
diadakan penelitian untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesiapan SD
Muhammadiyah 09 Plus dalam pelaksanaan e-learning dengan menggunakan
metode Technology Readiness Index (TRI), Metode ini menggunakan indeks
untuk mengukur tingkat kesiapan pengguna dalam menggunakan teknologi baru untuk
mencapai tujuan dalam kehidupan sehari-hari. Ada variabel yang digunakan dalam
metode ini untuk mengukur kesiapan yaitu optimism, innovativennes,
discomfort, dan Insecuruty. Data diperoleh dari responden 105 yang
terdiri dari guru dan wali murid menghasilkan nilai TRI 2,90 yang dikategorikan
dalam medium technology readiness index, dengan demikian SD Muhammadiyah
09 Plus sudah siap melaksanakan e-learning dengan meperhatikan variabel discomfrt
dan insecurity yang masih mendapat skor rendah 0,54 dan 0,61.
LEMBAR PERSEMBAHAN
JUDUL COVER
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI
LEMBAR KEASLIAAN SKRIPSI
[1] D. E. Hartley,
“E-Valuation: Pricing E-Learning,” T D, vol. 55, no. 4, 2001.
[2] M. J.
Rosenberg, “What Lies Beyond E-Learning?[electronic resource],” 2006.
[3] Daryanto, Media
Pembelajaran, 1st ed. Bandung, 2011.
[4] A. Saekow and
D. Samson, “E-learning Readiness of Thailand’s UniversitiesComparing to the
USA’s Cases,” Int. J. e-Education, e-Business, e-Management e-Learning,
vol. 1, no. 2, p. 126, 2011.
[5] Sukamto and B.
C. Anggara, “E-learning Jaringan Komputer Berbasis Web dan Aplikasi Mobile,” Issn 2252-4908, vol. 1, no. 2, pp. 75–85,
2012.
[6] P. A.,
“Technology Readiness Index (TRI): A Multipleitem Scale To Measure Readiness To
Embrace New Technologies,” J. Serv. Res., vol. 2:307, no. May, 2000.
[7] B. Slameto and
F.-F. yang Mempengaruhinya, “Jakarta: PT,” Rineka Cipta, 2010.
[8] M. Sheu and H.
Kim, “User readiness for IS development: An examination of 50 cases,” Syst.
Res. Behav. Sci., 2009.
[9] H. G. Muafi, N.
Charibaldi, and I. Effendi, “The information technology (IT) adoption process
and e-readiness to use within Yogyakarta Indonesian small medium enterprises
(SME),” Int. J. Inf. Commun. Technol. Res., vol. 2, no. 1, pp. 29–37,
2012.
[10] R. Heinich, M.
Molenda, J. Russell, and S. Smaldino, “Instructional Media and Technology for
Learning,” Int. J. Distrib. Parallel Syst., 2012.
[11] J. R. Rossiter,
P. J. Danaher, J. R. Rossiter, and P. J. Danaher, “Media Selection,” in Advanced
Media Planning, 1998.
[12] M. B. . Dr.
Riduwan, BELAJAR MUDAH PENELITIAN, 9th ed. Penerbit Alfabeta, Bandung,
2013.
[13] A. Suharsimi,
“Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi),” Jakarta:
Rineka Cipta, 2013.
[14] Sugiyono, Metode
Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R&D. 2012.
[15] S. Azwar,
“Reliabilitas Dan Validitas,” Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
[16] N. Taufik,
“Measuring Smart Mobility Readiness Index: A Bandung Perspective,” Int. J.
Sci. Res. Publ., vol. 9, no. 9, p. p9312, 2019.
[17] I. W. Gede, A.
Setiawan, I. M. S. Prayoga, B. Nyoman, and K. Putra, “Technology Readiness
Index in Adoption Academic Information System,” vol. 4, no. 11, pp. 1497–1500,
2019.
[18] H. BAKIRTAŞ,
“Technology Readiness for New Technologies: an Empirical Study,” J. Int.
Soc. Res., vol. 10, no. 52, pp. 941–949, 2017.
[19] I. Purwandani,
“Analisa Tingkat Kesiapan E-Learning (E-Learning Readiness) Studi Kasus: AMIK
Bina Sarana Informatika Jakarta,” Bianglala Inform., vol. 5, no. 2, pp.
102–107, 2017.
[20] S. Rifai, S.
Asakdiyah, and R. R. Setyawan, “Analisis Penerimaan Core Banking System
Berbasis Technology Readiness an Acceptance Model pada BPRS Bangun Drajat Warga
di DIY (Analysis of Acceptance of Banking System Based on Technology Readiness
and Acceptance Model in BPRS Bangun Drajat Warga at DIY),” Perisai Islam. Bank. Financ. J., vol. 3, no. 1,
p. 57, 2019.
[21] D. Ferdiansyah
and M. I. Saputra, “Pengukuran Tingkat Kesiapan (Readiness) Mahasiswa terhadap
Laboratorium Keamanan Informasi pada Teknik Informatika Universitas Pasundan,” Pros.
SISFOTEK, vol. 3, no. 1, pp. 162–165, 2019.
[22] N. Larasati,
“Technology Readiness and Technology Acceptance Model in New Technology
Implementation Process in Low Technology SMEs,” Int. J. Innov. Manag.
Technol., 2017.
[23] A. Parasuraman,
“Technology Readiness Index (Tri),” J. Serv. Res., 2000.
[24] S. Wiratna, Metodologi
penelitian Lengkap, Praktis dan Mudah Dipahami. 2014.